Oleh Anto Dwiastoro Slamet
“Usai permainan, raja dan bidak dimasukkan ke kotak yang sama.” —Peribahasa Italia
Rentetan peristiwa dalam tiga bulan terakhir (Oktober-Desember 2009) menyadarkan saya bahwa sebaiknya saya menyerahkan semua urusan kepada Sang Pencipta tinimbang kepada sesama ciptaan. Kejadiannya bermula dari permintaan Asosiasi Subud Sedunia (WSA, World Subud Association) agar pengurus nasional PPK Subud Indonesia menyampaikan laporan tertulis tentang perkembangan-perkembangan terbaru di lingkungan Subud di Indonesia, yang kelak akan dipresentasikan dalam Kongres Dunia Subud di Christchurch, Selandia Baru, 4-18 Januari 2010.
Saya meniatkan diri untuk membuat supaya tampilan laporan itu cukup representatif, baik dalam muatan maupun desain cover-nya. Untuk dapat mewujudkan itu, saya pikir saya bisa mengandalkan saudara-saudara Subud saya yang berprofesi desainer grafis. Satu orang menyanggupinya.
Seiring waktu, saya mulai merasa khawatir karena mendekati tenggat waktu bahan-bahan untuk muatan laporan belum juga ada, sedangkan orang yang sudah menyanggupi dirinya untuk mendesain cover-nya tiba-tiba mendapat limpahan pekerjaan yang membuatnya tak punya waktu untuk mengerjakan pesanan saya. Akhirnya, saya menyerah pada keputusasaan, dan memutuskan untuk membatalkan niat saya.
Di luar dugaan, melewati proses yang cepat, yang melampaui kesanggupan akal pikir saya, laporan dengan muatan dan desain cover yang saya cita-citakan pun terwujud. Semua berlangsung ‘di luar kotak’ (out-of-the-box): saya tertuntun untuk menulis dengan ketersediaan bahan yang minim dan saya pula yang mendesain cover-nya, bukan dengan program Freehand yang begitu diandalkan para desainer (dan karenanya saya pun mengandalkan mereka), melainkan dengan Power Point. Keluaran (output)-nya, ketika dicetak, ternyata sama saja kualitasnya.
Saat saya melihat hasil akhirnya, saya laksana dimarahi oleh diri saya sendiri: “Kapan kamu akan belajar, bahwa bergantung pada Tuhanmu lebih bermanfaat daripada bergantung pada sesama manusia?” Saat itu, saya menyaksikan bahwa kehadiranNya meratakan kotak-kotak yang ada di pikiran kita – bahwa pekerjaan desain hanya bisa dilakukan desainer terlatih; bahwa kita perlu bahan yang banyak untuk menulis apa pun; bahwa pekerjaan tertentu memerlukan peranti lunak tertentu yang sesuai untuknya.
Kekuasaan Tuhan melampaui itu semua, meratakan kotak-kotak dalam pikiran kita. Kita membiarkan diri kita terkotak-kotak oleh sesuatu yang tidak nyata, sedangkan Tuhan meliputi kita semua, tidak pandang bulu, tidak pandang agamanya apa, tidak mempertimbangkan jenis kelaminnya apa.
Pengalaman ini kian menyadarkan saya bahwa dengan pertolonganNya kita bahkan dapat menerobos keterbatasan kita. Dia seperti hendak memberitahu saya bahwa dalam diri kita semua terdapat potensi-potensi – yang mewakili omnipotensiNya – yang menanti untuk mengemuka, asal kita tidak membangun kotak-kotak di pikiran kita. Semua bisa diwujudkan selama kita percaya padaNya, menyerahkan semua urusan kita kepadaNya.©
Salam, ANTO DWIASTORO
Senin, 25 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar